LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNIK
PEMBENIHAN
IKAN
OLEH :
ALFAN ANDRIAN
C1K 008 044 / IV
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini dibuat sebagai salah
satu syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir praktikum Teknik Pembenihan Ikan.
Mataram, Mei, 2011
Mengetahui:
Co.assisten: praktikan:
(M.
MASYARUL RUSDANI. S.Pi) (ALFAN ANDRIAN)
C1K 008 044
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Balakang
Budidanya ikan lele
pertama kali yang perlu dilakukan seperti mempersiapkan induk dengan menyeleksi
induk yang berkualitas tinggi, persiapkan induk mulai dari perawatan induk
sampai induk siap untuk kawinan, ciri – ciri induk ikan lele yang berkualitas
yaitu dapat menyediakan telur dengan jumlah yang banyak dan tidak cacat,
seleksi ini perlu dilakukan agar pembudidanya mendapatkan benih yang
berkualitas tinggi sama dengan induknya dan tentunya tahan terhadap penyakit. Salah
satu syarat dalam melakukan kegiatan pembenihan, pembudidaya harus
mempersiapkan ikan jantan dan betina
yang siap kawin. Mengapa pembudidanya memilih untuk membudidayakan ikan lele,
karna ikan lele lebih gampang dibudidayakan dan memiliku keunggulan seperti
dagingnya yang banyak dan memiliki rasa yang enak, selain itu ikan lele juga
baik untuk kesehatan. Disamping keunggulan dari ikan lele, ikan lele juga
memiliki kekurangan diantaranya ikan lele sulit untuk dipijahkan secara alami
dan sifatnya yang tidak menjaga telurnya. Solusi untuk menanggulanginya seperti
penetasan didalam hapa, setelah menetasa selama 5 – 7 hari dilakukan pendederan
pada bak pendederan dengan perlakuan seperti pemupukan dan pengapuran.
Sebanarnya pemijahan alami pada ikan lele tidak sulit dilakukan langkah –
langkah yang perlu dilakukan adalah dilakukan rangsangan dengan menggosok
bagian kelamin ikan lele jantan dan batina dengan menggunakan getah dari batag daun
talas. Dari ulasan di atas maka perlu dilakukan praktikum Teknologi pembenihan
ikan.
Secara umum bentuk
tubuh ikan betina lebih gemuk, sedangkan pada ikan jantan memiliki bentuk tubuh
yang ramping. Gonad pada ikan jantan berwarna putih, sedangkan pada ikan betina
berwarna kream. Dan kita juga dapat membandingkannya dari seksualitas primer
dan seksualitas sekunder. Seksualitas primer tidak dapat dilihat dari luarnya
melainkan tardapat didalam tubuh ikan, kita dapat mengetahuinya dengan cara
membedah ikan dan mengamati warna gonad, bentuk gonad, ukuran gonad, dan isi didalam
gonad. Sedangkan seksual sekunder dapat dilihat dari bentuk tubuhnya, seperti;
pola warna, bentuk tubuh, ukuran tubuh, berat tubuh, bentuk sisk, bentuk sirip,
bentuk alat kelamin dan warna alat kelamin.
Tingkat penetasan
telur yang dihasilkan lebih bannyak melalui kegiatan pembenihan dan tinggkat
kelangsungan hidup benih lebih tinggi. Menurut Subandyo (1996) telur dari hasil
pemijahan alami dapat dipisahkan dari induknya dan ditampung pada akuarium, hal
ini dilakukan agar telur dapat dikontrol dengan mudah, dan tingkat penetasannya
lebih tinggi.
1.2
Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum
ini adalah:
1. Mengetahui
perbedaaan antara ikan jantan dan betina melalui pengamatan pada seks primer
dan sekunder ikan.
2. Mampu
menyediakan hormon GnRH dari ekstrak kelenjar pituitary.
3. Mengenali
induk yang siap pijah
4. Mengetahui
cara penyuntikan ikan
5. Mengetahui
tekhnik pencampuran telur dan sperma
6. Mengetahui
tekhnik inkubasi telur
7. Mengetahui
bentuk telur yang tidak terbuahi dan tidak terbuahi
8. Mengetahui
perkembangan telur sejak terbuahi hingga penetasan telur
1.3
Manfaat Praktikum
Menambah pengetahuan dalam bidang pembenihan ikan
dan keterampilan dalam melakukan fertilisasi buatan, mengamati seksualitas
perimer dan sekunder ikan, pengamatan dan penanganan telur.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identifikasi
dan Taksonomi Ikan
2.1.1 Identifikasi
dan taksonomi ikan komet
Sistematika
ikan komet menurut Sugiono (2003) adalah :
Phylum : Chordata
Class :
Actiropterygi
Ordo :
Cyprinifornes
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassias Gambar 1. Morfologi ikan komet
Species : Carassias Sp.
Perbedaan jantan dan betina ikan komet dapat diketahui
dengan cara melihat bagian alat kelamin pada ikan komet. Berdasarkan (Gambar
1). Bentuk tubuh ikan komet agak memenjang dan memiliki sirip yang berukuran
panjang. Ikan komet jantan ditandai dengan adnya bintik - bintik
bulat yang menonjol pada bagian
sirip dadanya dan tersa kasar jika diraba. Induk jantan yang telah matang gonad
jika diurut pelan kerarah lubang genital akan mengeluarkan cairan berwarna
putih. Sedangkan ikan komet betina bagian sirip dadanya terasa halus ketika
diraba. Induk ikan komet betian, lubang genital induk ikan komet terlihat agak
kemerah - merahan dan jika diurut akan mengeluarkan telur (Sugiono, 2003) .
2.1.2 Identifikasi dan taksonomi
ikan nila
Menurut Sugiono (2003) klasifikasi
ikan nila adalah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreocromis Sp. Gambar 2. Morfologi ikan nila
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreocromis Sp. Gambar 2. Morfologi ikan nila
Menurut
Sugiono (2003)
jika dibedakan Berdasarkan (Gambar 2). Bentuk tubuh ikan nila jantan lebih
ramping dan ikan nila jantan memiliki sisik yang lebih besar dibanding ikan
nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan agak runcing yang
berfungsi sebagai muara urine dan saluran seperma yang terletak didepan anus, ikan
nila jantan memiliki warna badan lebih gelap dari ikan betina. Sedangkan tanda -
tanda ikan nila betina adalah alat kelamin berupa tonjolan dibelakang anus yang
terdiri dari 2 lubang. Lubang pada bagian depan berfungsi sebagai saluran
pengeluaran telur, sedangkan lubang pada bagian belakang berfungsi sebagai saluran
pengeluaran air seni. Perut ikan nila betina yang mengandung telur yang sudah
matang terasa lembek dan membesar.
2.1.3
Identifikasi dan taksonomi ikan bawal
Menurut Amri (2008) sistematika
ikan bawal air tawar adalah:
Filum
: Chordata
Sub filum : Craniata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Neoptergii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Characidae
Genus : Colossoma Gambar 3. Morfologi ikan bawal
Spesies : Colossoma Sp.
Sub filum : Craniata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Neoptergii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Characidae
Genus : Colossoma Gambar 3. Morfologi ikan bawal
Spesies : Colossoma Sp.
Menurut Amri (2008) jenis
kelamin ikan bawal lebih mudah diketahui pada saat bawal sudah dewasa. Berdasarkan (Gambar 3). Dapat disimpulkan bahwa ikan
bawal betina memiliki bentuk tubuh yang lebih gemuk dengan warna merah yang
tidak terlalu menyala, memiliki garakan yang lamban dan cenderung diam, ketika
matang gonad ikan bawal betina jika diurut perutnya akan mengeluarkan telur –
telur yang berwarna kuning, sedangkan ikan bawal jantan bentuk tubuhnya ramping
dan memiliki warna agak gela, bagian bawah ikan bawal jantan berwarna merah
yang menyala, ikan bawal jantan yang matang gonad jika diurut perutnya akan
mengeluarkan caian seperma yang berwarna putih susu, ikan bawal jantan memiliki
garakan yang lincah dibanding ikan bawal betina.
2.1.4
Identifikasi dan taksonomi ikan lele
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias Sp. Gambar 4. Morfologi ikan lele
Berdasarkan (Gambar
4). Ciri - ciri ikan lele jantan adalah proporsi kepala jantan lebih kecil dibanding
dengan betina, warna kulit dada jantan lebih kusam di banding betina, kelamin
jantan menonjol, memanjang kearah belakang, terletak di belakang anus, dengan
warna kemerahan, gerakan induk jantan lebih lincah di banding ikan lele betina,
serta kulit jantan yang lebih halus dibanding betina, pada jantan akan muncul
bintik - bintik kecil disekitar sirip dorsal. Sedangkan ikan lele betina
kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan, warna kulit dada cerah,
kelamin berbentk oval atau bulat dengan warna kemerahan, lubangnya agak lebar,
letaknya dibelakang anus, gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak
gembung dan lunak bila diurut dari bagian perut kearah ekor indukan betina akan
mengeluarkan cairan kekuning - kuningan berupa sel ovum (Budiman, 2001).
2.2
Teknik Pembenihan Ikan
Benih ikan dapat
diperoleh dengan cara melakukan proses pemijah pada induk ikan jantan dan induk
ikan betina. Menurut Amri (2008) ada beberapa tekhnik pemijahan yang diketahui cara - caranya yaitu teknik
pemijahan alami, teknik pemijahan semi buatan dan teknik pemijahan buatan.
Teknik pemijahan alami adalah pemijahan yang dilakukan oleh induk betina dan
jantan secara alami tanpa adanya campur tangan manusia. Dalam hal ini
pembudidaya hanya memberikan kondisi yang baik untuk proses pemijahan, yaitu
dengan cara menyediakan ijuk yang berfungsi sebagai sarang atau tempat
penempelan telur.
2.2.1
Teknik pembenihan ikan lele
Pembenihan ikan lele dapat dilakukan melalui seleksi induk ikan lele. Menurut
Mahmud (2007) seleksi induk bertujuan untuk mendapatkan indukan yang
berkualitas agar sifat genetiknya dapat diturunkan pada anakannya. Induk jantan
ikan lele yang berkualitas dapat dilihat dari bentuk tubuhnya yang berukuran
panjang dan jika diurut akan keluar sperma.
Pembeniha ikan lele dapat dilkukan dengan cara pemijahan secara alami maupun
buatan, pemijahan ikan lele secara alami tidaklah sulit dilakukan caranya
simple saja, pemijahan dilakukan didalam hapa perlakuan yang diterapkan dalam
pemijahan alami ikan lele seperti dilakukan rangsangan dengan menggosok bagian
alat kelamin ikan lele baik jantan maupn betinanya dengan menggunakan getah
batang daunt alas, kemudian ditaruhkan kakaban tempat menempelkan talurnya
setelah itu pisahkan induk dari telurnya, setelah menetas 5 – 7 hari lakukan
pendederan pada bak pendederan bak yang digunakan adalah bak dari beton dengan
perlakuan seperti persiapan air yang bersih dan airasi agar benih mendapatkan O2
yang cukup, barulah dilakukan pendederan pada benih ikan lele.
2.2.2 Fertilisasi alami
dan buatan ikan lele
Fertilisasi alami merupakan proses pembuahan sel
telur oleh sperma yang terjadi secara alami tanpa adanya campur tangan manusia,
proses ini terjadi diluar tubuh induk ikan lele. Fertilisasi ikan secara alami
terjadi karena adanya pembuahan yang dilakukan oleh sperma terhadap telur.
Ketika sel telur keluar, maka ikan jantan akan menuju ke sel telur dan
menyemprotkan sepermanya. Sedangkan fertilisasi buatan merupakan peroses
pembuahan sel telur oleh seperma karena adanya campur tangan manusia. Dalam fertilisasi
buatan ini induk betina ikan lele yang siap, diurut perutnya dengan cara
menekan bagian perutnya kearah lubang genitalnya, sedangkan untuk induk ikan
lele jantan dibedah perutnya dan diambil sepermanya. Setelah sel telur dan seperma
disiapkan, lakukan pencampuran antara sel telur dan seperma didalam baskom dan
tetaskan pada akuarium (Sugiono, 2003).
3.
METODE PELAKSANAAN
3.1
Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum
ini dilaksanakan pada tanggal 28 - 30 Mei 2011 di Lingsar - Lombok Barat. Dan
di Laboraturium Perikanan.
3.2 Metode Pengumpulan
Data
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Deskriptif yaitu metode yang
member gambaran secara lengkap, sistematis mengenai data atau kegiatan yang
tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data semata, tetapi juga
meliputi analisa dan pembahasan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan
informasi lengkap tentang teknik pembenihan ikan yang meliputi : seksualitas
primer dan sekunder pada ikan nila, komet dan bawal ; pemijahan buatan pada
ikan karper dan perkembangan telur ikan karper.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara: 1) Observasi lapangan, 2) Partisipasi langsung, 3) wawancara, dan
Studi literatur. Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu data yang diambil
dari sumbernya secara langsung, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya dan
data skunder adalah informasi yang telah dikumpulkan dari pihak lain seperti
dosen, asisten dosen dan masyarakat yang terkait pada bidang perikanan, khususnya bidang
pembenihan ikan.
3.4 Prosedur Pengamatan
3.4.1 Seksualitas
primer dan skunder ikan
Perosedur
pengamatan seksualitas
perimer dan sekunder ikan yang kita
lakukan dalam praktikum ini seperti mengangkat ikan
dari air kemudian amati alat kelamin luarnya dan catatlah perbedaan bentuk alat
kelamin, jumlah saluran pengeluarannya
dan warna alat kelaminnya. Selanjutnya tambahkan berbagai parameter pengamatan dan dicari sebanyak mungkin
perbedaan antara kelamin jantan dan betina. Setelah mengamati ciri - ciri alat
kelamin luar, selanjutnya
kita melakuka pembedahan pada ikan
kemudian amati bentuk gonad dan dilanjutkan dengan mengamati
bagian dalam atau isi gonadnya.
3.4.2
Pembuatan ekstrak kelenjar pitutary
Prosedur
pembuatan ekstrak kelenjar pitutary yaitu, Siapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan, tentukan dosis atau berat ikan donor yang akan digunakan (berdasarkan
berat induk yang akan disuntik), kepala ikan donor dipotong sampai putus pada overculum, letakan
kepala ikan yang telah dipotong dengan posisi mulut menghadap keatas, lalu
sayat mulai dari lubang hidung kebawah. Buka tengkorak ikan agar otaknya dapat
terlihat dengan jelas. Bersihkan lemak, darah dan jaringan - jaringan yang
biasanya menutupi otak dengan menggunakan tisu, letak kelenjeran pituitary dibawah
otak ikan, singkirkan otak ikan dengan hati – hati Ambil kelenjar hipofisa
tersebut dengan cara hati - hati dengan menggunakan pinset, kemudian hancurkan
dengan penggerus jaringan dengan cara memutarkan batang alurnya sambil ditakan
dan sambil diberi aquades sekitar 0,2 ml. Setelah bener - bener hancur,
tambahkan lagi aquades sehingga menjadi 1 - 1.5 ml atau targantung kebutuhan
(jangan lebih dari 5 ml). Dengan menggunakan spuit berjarum besar, pindahkan
suspensi ketabung sentrifuse, lalu sentrifuse hingga jaringan - jaringan kasar
mengendap. Sebagai hasilnya diperoleh suspensi yang agak jernih. Ambilah
suspensi tersebut dengan menggunakan jarum sepuit untuk dipindahkan kedalam
tabung yang bersih. Pastikan ampas kelenjar hipofisa tidak ikut terambil.
Ekstrak kelenjar hipofisa siap disuntikkan.
3.4.3 Fertilisasi
Buatan
Fertilisasi buatan
adalah usaha untuk mendapatkan benih dengan cara pencampuran seperma dengan sel
telul. Teknik fertilisasi dapat dilakukan dengan cara mengambil induk ikan yang siap disuntik. Kemudian diamati bentuk
dan warna alat kelaminnya,
tekan dengan halus bagian genital
pada ikan, apakah terdapat cairan atau telur yang keluar. Selanjutnya setriping
indukan betina tersebut untuk mengambil beberapa butir telur, kemudian ambil
larutan hormon ovaprim (0,5 ml/kg
induk, kemudian diencerkan sebanyak dua kali volume opavrim sesuai dosis
yang digunakan). Terus
suntikkan hormon tersebut pada bagian punggung sebelah kanan, penyuntikan
dilakukan sebanyak dua kali dengan perbandingan dosis 70% : 30% dengan
kemiringan alat suntik 45 drajat mengarah kepala. Selanjutnya tunggu selama enam jam
kemudian dilakukan penyuntikan kedua, bagian yang disuntik adalah bagian punggung
sebelah kiri.
Kemudian diamkan
lage ikan selama enam jam dan kemudian pastikan
bahwa ikan siap diseteriping.
Tekan alat kelamin dan perhatikan cairan yang keluar, perhatikan posisi inti
telur, jika posisi inti sudah berada pada bagian pinggir, maka seteriping siap
dilakukan.
Untuk seteriping ikan
lele langkah yang
dilakukan adalah seperti mengelap permukaan tubuh ikan agar tidak ada air yang menetes dan tangan
dalam keadaan kering.
Kemudian pegang induk
ikan lele dengan menutup matanya dengan bantuan lap, tangan
kiri memegang kepala dan ibu
jari menekan perut dengan pelan kearah lubang genital, kemudian tampung
telur yang keluar dalam wadah baskom.
Sedangkan untuk pengambilan
seperma ikan lele dilakukan dengan cara
membedah ikan lele dan ambil sepermanya, setelah seperma disiapkan kemudian tuangkan kedalam
wadah yang berisi telur sambil diaduk perlahan menggunakan bulu ayam. Kemudian beri akuades
untuk mengencerkan campuran telur dan sperma tersebut. Khusus untuk
telur ikan lele dapat disebar langsung kedalam akuarium yang telah diberi
kakaban sebagai tempat penempelan telur.
3.4.4.
Perkembangan telur
Perkembangan telur
ikan dapat diketahui dengan cara melakukan pengamatan pada telur dengan bantuan
mikroskop cahaya, cara yang dilakukan dalam pengamatan perkembangan telur
seperti mengambil beberapa butir telur dengan menggunakan pipet tetes dan
diletakkan pada gelas benda kemudian langsung diamati menggunakan mikroskop
kemudian gambar perkembangan telur yang dilihat, selang wakti 30 menit
pengamatan lagi dilakukan kemudian gambar lagi apa yang dilihat, hal ini
dilakukan sampai telur menetas.
3.5
Alat dan bahan
Alat yang digunakan
dalam peraktikum ini adalah mikroskop, cawan petri, gelas objek, pipet tetes, telepon
seluler, kamera, termometer, akuarium, bulu ayam, suntikan, tabung reaksi,
pisau, penggaris, timbangan, nampan, jarum, gunting, waring, dan penggerus.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan bawal, ikan komet, ikan
nila, ikan karper, ikan lele (induk jantan dan induk betina), akuades,
sitokarmin, kakaban, NaCl, air tawar, tisu, dan telur ikan lele.
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Seksualitas Primer dan Seksualitas Skunder
Tabel
1. Pengamatan seksualitas perimer dan sekunder ikan bawal.
Parameter
|
Ikan Bawal
|
||
Seksualits
sekunder
|
A
|
B
|
C
|
Warna
|
Silver cerah
|
Silver gelap
|
Silver keputihan
|
Bentuk badan
|
pipih
|
Pipih
|
Pipih
|
Bentuk sirip
|
Sirip kekuningan
|
Sirip merah
|
Sirip putih
|
Bentuk morfologi lain
|
-
|
Sirip dada sampai opeculun
merah
|
Sirip dada sampai opeculun Putih
|
Seksualitas
perimer
|
|||
Warna kelamin
|
Putih
|
Putih
|
Putih
|
Saluran kelamin
|
1
|
1
|
1
|
Gambar
gonad
|
|||
Gambar
bagian dalam gonad(telur/sperma)
|
-
|
-
|
-
|
Kesimpulan
jantan/betina
|
Jantan
|
Jantan
|
Jantan
|
Berdasarkan
(Tabel 1). Seksualitas sekunder ikan bawal A, B dan C. ikan bawal A memiliki
warna tubuh silver cerah, ikan bawal B memiliki warna tubuh silver gelap,
sedangkan untuk ikan bawal C warna tubuhnya silver keputihan. Untuk bentuk
badan ikan bawal A, B dan C sama – sama pipih dan warna sirip ikan bawal A
kekuningan, bawal B merah dan bawal C siripnya warna putih. Bentuk morfologi
lain dari ikan bawal adalah untuk ikan bawal A tidak diketahui bentuk morfologi
lainnya, bawal B sirip dada sampai operkulunnya berwarna merah, sedangkan untuk
ikan bawal C sirip dada sampai operkulunnya berwarna putih. Sedangkan untuk
seksualitas perimernya, untuk ikan bawal A, B dan C warna kelaminnya putih dan
jumlah kelaminnya masing – masing 1. Kesimpulan dari seksualitas perimer ikan
bawal, ikan bawal A, B dan C berjenis kelamin jantan semua.
Tabel
2. Pengamatan seksualitas perimer dan sekunder ikan nila.
Parameter
|
Ikan Nila
|
|
Seksualits
sekunder
|
A
|
B
|
Warna
|
Gelap
|
Cerah
|
Bentuk
badan
|
Buncit
|
Ramping
|
Bentuk
sirip
|
Cerah kemerhan
|
|
Bentuk
Morologi lain
|
-
|
-
|
Seksualitas primer
|
||
Warna
Kelamin
|
Putih
|
Putih
|
Saluran
kelamin
|
2
|
1
|
Gambar
gonad
|
||
Gambar
bagian dalam gonad(telur/sperma)
|
-
|
-
|
Kesimpulan jantan/betina
|
Betina
|
Jantan
|
Seksualitas sekunder ikan nila,
ikan nila A memiliki warna tubuh gelap dan ikan nila B memiliki warna tubuh
cerah. Bentuk bada ikan nila A buncit sedangkan ikan nila B bentuk badannya
ramping dan warna sirip ikan nila A gelap sedangkan untuk ikan nila B warna
siripnya cerah kemerahan. Sedangkan untuk seksualitas perimer ikan nila, warna
alat kelamin ikan nila A dan B sama – sama putih dan saluran kelamin ikan nila
A ada 2 dan ikan nila B saluran kelaminnya ada 1. Berdasarkan (Tabel 2). Jenis
kelamin ikan nila A adalah betina dan jenis kelamin ikan nila B jantan.
Tabel
3. Pengamatan seksualitas perimer dan sekunder ikan komet.
Parameter
|
Ikan Komet
|
|
Seksualits
sekunder
|
A
|
B
|
Warna
|
Cerah
|
Gelap
|
Bentuk
badan
|
Ramping
|
Ramping
|
Bentuk
sirip
|
Putih
|
merah
|
Bentuk
Morologi lain
|
-
|
-
|
Seksualitas
primer
|
||
Warna
Kelamin
|
Putih
|
Putih
|
Saluran
kelamin
|
1
|
1
|
Gambar
gonad
|
||
Gambar
bagian dalam gonad(telur/sperma)
|
-
|
-
|
Kesimpulan
jantan/betina
|
Betina
|
Jantan
|
Berdasarkan
(Tabel 3). Seksualitas sekunder ikan komet, ikan komet A memiliki warna cerah
dan ikan komet B memiliki warna gelap, untuk warna sirip ikan komet A putih
sedangkan ikan komet B warna siripnya merah. Sedangkan untuk seksualitas
perimer ikan komet, ikan komet A dan B memiliki warna alat kelaminnya sama –
sama putih dan saluran kelaminnya juga sama – sama 1. Jenis kelmin ikan komet A
betina dan jenis kelamin ikan B adalah jantan.
4.2 Fertilisasi
Buatan
Tabel Pengamatan fertilisasi
buatan
Parameter
|
Ikan Lele
|
Berat
induk betina
|
1 kg
|
Kesiapan
induk untuk disuntik
|
Ada
telur yang keluar
|
Gambar
telur yang diambil dan bagian – bagiannya
|
Gambar
Inti berada di
tengah
|
Jenis
dan volume serta waktu penggunaan hormone
|
Hormone
Ovaprim sebanyak 0,5 ml
Penyuntikan
1 : 0,35 ml (Jam 12.30)
Penyuntikan
2 : 0,15 ml (Jam 18.00)
|
Waktu
fertilisasi
|
Jam
02.30 WITA
|
Jumlah
telur
|
Banyak
( ± 1000 – 4000 butir )
|
Berdasarkan
(Tabet diatas). Berat induk ikan lele yang digunakan adalah 1 kg dan untuk
mengtahui kesiapan induk untuk disuntik seperti keluarnya telur jika diurut,
jenis larutan yang digunakan untuk disuntikkan ke induk ikan lele adalah Hormon
Ovaprim sebanyak 0,5 ml, penyuntikan pertama dilakukan pada jam 12.30 dengan
volume 0,35 ml dan penyuntikan kedua dilakukan pada jam 18.00 dengan volume
0,15 ml dan waktu fertilisasi dilakukan pada jam 02.30 dini hari, jumlah telur
yang didapat sebanyak (± 1000 – 4000 butir telur). Fertilisasi buatan dilakukan
dengan cara menseteriping pada perut ikan lele betina yang telah disuntik
dengan larutan ovaprim. Telur yang telah diurut dikumpulkan dalam wadah.
Kemudian jantan dilakukan pembedahan untuk mengambil gonadnya lalu dikeluarkan
spermanya dan disimpan kedalam satu wadah yang kemudian dicampur dengan larutan
fisiologis guna untuk pengenceran seperma. Setelah itu hasil yang didapat
dikumpulkan menjadi satu dengan menggunakan bulu ayam sebagai adukannya sampai
tercampur dengan rata kemudian dituang kedalam bak penetasan.
Hormon
yang digunakan adalah ovaprim sebanyak 0,5 ml dimana penyuntikan 1 : 0,35
ml pada jam 12.30 dan penyuntikan 2 :
0,15 ml jam 18.00. Adapun hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran
darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan didalam sel - sel.
sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino
dengan panjang yang berbeda-beda. sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak
yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil
bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Hormon terikat kepada reseptor dipermukaan
sel atau didalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat,
memperlambat atau merubah fungsi sel (Gusrin, 2008).
4.3 Perkembana
Telur
Tabel Setadia perkembangan embrio
Waktu
dan tanggal pengamatan
|
Stadia
perkembangan
|
Keterangan
/ gambar
|
|
Jam
03.00 WITA
Tgl 29
Mei 2011
|
Fase
cleavage
|
||
Jam
06.20 WITA
Tgl 29
Mei 2011
|
Setadium
morulla
|
||
Jam
10.00 WITA
Tgl 29
Mei 2011
|
Setadium
blastula
|
||
Jam
11.00 WITA
Tgl 29
Mei 2011
|
Setadium
gastrula
|
||
Jam 12.45WITA
Tgl 30
Mei 2011
|
Setadium
embryogenesis
|
||
Jam
01.00 WITA
Tgl 30
Mei 2011
|
Telur
menetas
|
Berdasarkan (Tabel diatas). Penetasan merupakan saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil
beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya.
Penetasan terjadi karena kerja mekanik dan kerja
enzimatik. Kerja mekanik disebabkan embrio sering mengubah
posisinya karena kekurangan ruang dalam cangkangnya atau karena embrio lebih panjang dari lingkungannya dalam cangkang. Kerja
enzimatik merupakan enzim atau unsur kimia yang disebut
chorion dikeluarkan oleh kelenjar endodermal didaerah
parink embrio. Gabungan kerja mekanik dan kerja enzimatik
menyebabkan telur ikan menetas. Sedangkan faktor luar
yang yang berpengaruh terhadap penetasan telur ikan adalah suhu, oksigen terlarut, pH, salinitas dan intensitas cahaya. Peroses
penetasan umumnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang
lebih tinggi karena pada suhu yang tinggi peroses
metabolisme berjalan lebih cepat sehingga perkembangan embrio akan lebih cepat yang berakibat lanjut pada pergerakan embrio dalam
cangkang yang lebih intensif. Namun demikian, suhu yang
terlalu tinggi atau berubah mendadak dapat menghambat peroses penetasan dapat
menyebabkan kematian embrio dan kegagalan penetasan. Suhu yang baik
untuk penetasan ikan 27 – 30 oC.
Menurut Permadi (2009)
proses pembelahan sel pada binatang bertulang belakang meliputi : Cleavage;
Pembelahan zygote secara cepat menjadi unit - unit yang lebih kecil yang di
sebut blastomer. Blastulasi; proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran
sel - sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel.
Pada akhir blastulasi, sel - sel blastoderm akan terdiri dari neural,
epidermal, mesodermal dan endodermal yang merupakan bakal pembentuk organ - organ.
Glastrulasi; proses pembelahan bakal organ yang sudah terbentuk pada saat
blastulasi. Organogenesis; Proses pembentukan berbagai organ tubuh berturut - turut
bakal organ - organ antara lain susunan syaraf, mata, somit, lateralis,
jantung, aorta, insang, infudibulum dan lipatan - lipatan sirip.
Telur
ikan lele ini menetas dalam waktu 22 jam. Sugiono (2003), menerangkan
juga telur ikan akan menetas dalam jangka waktu 20 - 36 jam. Setiap
telur waktu penetasannya juga berbeda - beda. Telur akan menetas tergantung dari suhu air bak penetasan
dan suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika
suhu rendah, menetasnya
semakin lama. Telur ikan lele akan menetas menjadi larva antara 18 – 24 jam dari saat pembuahan. Sedangkan telur ikan ikan mas menetasa
setelah 36 – 48 jam dari pembuahan.
BAB
V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil
dari praktikum teknik pembenihaan ini adalah:
1. Jenis kelamin ikan dapat di
ketahui dengan cara melihat ciri seksualitas primer yaitu organ yang
berhubungan langsung dengan organ reproduksi dan pembuluhnya. Ikan jantan
ditandai dengan bagian vavila yang menonjol. Adapun betina ditandai dengan
bagian kelamun yang membentuk bulat dan membesar.
2. Untuk induk ikan betina yang siap
memijah dapat ditandai dengan bentuk perutnya yang mengembang dan lembek.
3. Ikan lele jantan tidak dapat di
striping melainkan dibadah untuk mengambil spermanya.
4. Ikan harus dalam keadaan kering
pada saat di striping agar telur ikan tidak basah.
5. Pemijahan secara alami untuk ikan
lele sebenarnya tidak sulit dilakukan caranya simple saja cumin diberikan
perlakuan seperti mengosok alat kelamin jantan dan betina ikan lele dengan
getah dari batang daunt alas, pemijahan dilakukan didalam hapa dan di taruhkan
ijuk. Setalah bertelur induk dipisahkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Amri,
2008. Budidaya Ikan Bawal Air Tawar.
AgroMedia Pustaka Jakarta.
Budiman, 2001. Budidaya Ikan Komet. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Gusrin, 2008. Budidaya Ikan Jiltd I. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Mahmud, 2007. Teknik Pemijahan Ikan Lele Sistem Indused
Breeding (Kawin Suntik). PT. Gramedia. Jakarta.
Permadi, 2009. Teknologi Reproduksi (Spawning) dalam
Pembenihan Ikan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Subandyo, 1996. Aplikasi Teknologi untuk Meningkatkan
Efisiensi Produksi Ikan Budidaya. FMIPA IKIP Jogjakarta. Jakarta.
Sugiono, 2003.
Efektivitas Aromatase Inhibitor dalam
Pematangan Gonade dan Stimulasi Ovulasi pada Ikan Sumatra (Puntius Tetrazona).
Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Sumber : alfan-andrian.blogspot.com
Post a Comment