Thursday, June 7, 2012

Laporan Praktikum Teknik Pembenihan Ikan


LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN



Pertanian warna


OLEH :

ALFAN ANDRIAN
                C1K 008 044 / IV






PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011



HALAMAN PENGESAHAN


Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir praktikum Teknik Pembenihan Ikan.

















                                                                                Mataram,     Mei, 2011









     Mengetahui:
                 Co.assisten:                                                                     praktikan:





(M. MASYARUL RUSDANI. S.Pi)                                                (ALFAN ANDRIAN)
                                                                                                       C1K 008 044





1.      PENDAHULUAN
1.1        Latar Balakang
Budidanya ikan lele pertama kali yang perlu dilakukan seperti mempersiapkan induk dengan menyeleksi induk yang berkualitas tinggi, persiapkan induk mulai dari perawatan induk sampai induk siap untuk kawinan, ciri – ciri induk ikan lele yang berkualitas yaitu dapat menyediakan telur dengan jumlah yang banyak dan tidak cacat, seleksi ini perlu dilakukan agar pembudidanya mendapatkan benih yang berkualitas tinggi sama dengan induknya dan tentunya tahan terhadap penyakit. Salah satu syarat dalam melakukan kegiatan pembenihan, pembudidaya harus mempersiapkan  ikan jantan dan betina yang siap kawin. Mengapa pembudidanya memilih untuk membudidayakan ikan lele, karna ikan lele lebih gampang dibudidayakan dan memiliku keunggulan seperti dagingnya yang banyak dan memiliki rasa yang enak, selain itu ikan lele juga baik untuk kesehatan. Disamping keunggulan dari ikan lele, ikan lele juga memiliki kekurangan diantaranya ikan lele sulit untuk dipijahkan secara alami dan sifatnya yang tidak menjaga telurnya. Solusi untuk menanggulanginya seperti penetasan didalam hapa, setelah menetasa selama 5 – 7 hari dilakukan pendederan pada bak pendederan dengan perlakuan seperti pemupukan dan pengapuran. Sebanarnya pemijahan alami pada ikan lele tidak sulit dilakukan langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah dilakukan rangsangan dengan menggosok bagian kelamin ikan lele jantan dan batina dengan menggunakan getah dari batag daun talas. Dari ulasan di atas maka perlu dilakukan praktikum Teknologi pembenihan ikan.
Secara umum bentuk tubuh ikan betina lebih gemuk, sedangkan pada ikan jantan memiliki bentuk tubuh yang ramping. Gonad pada ikan jantan berwarna putih, sedangkan pada ikan betina berwarna kream. Dan kita juga dapat membandingkannya dari seksualitas primer dan seksualitas sekunder. Seksualitas primer tidak dapat dilihat dari luarnya melainkan tardapat didalam tubuh ikan, kita dapat mengetahuinya dengan cara membedah ikan dan mengamati warna gonad, bentuk gonad, ukuran gonad, dan isi didalam gonad. Sedangkan seksual sekunder dapat dilihat dari bentuk tubuhnya, seperti; pola warna, bentuk tubuh, ukuran tubuh, berat tubuh, bentuk sisk, bentuk sirip, bentuk alat kelamin dan warna alat kelamin.
Tingkat penetasan telur yang dihasilkan lebih bannyak melalui kegiatan pembenihan dan tinggkat kelangsungan hidup benih lebih tinggi. Menurut Subandyo (1996) telur dari hasil pemijahan alami dapat dipisahkan dari induknya dan ditampung pada akuarium, hal ini dilakukan agar telur dapat dikontrol dengan mudah, dan tingkat penetasannya lebih tinggi.

1.2        Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum ini adalah:
1.    Mengetahui perbedaaan antara ikan jantan dan betina melalui pengamatan pada seks primer dan sekunder ikan.
2.    Mampu menyediakan hormon GnRH dari ekstrak kelenjar pituitary.
3.    Mengenali induk yang siap pijah
4.    Mengetahui cara penyuntikan ikan
5.    Mengetahui tekhnik pencampuran telur dan sperma
6.    Mengetahui tekhnik inkubasi telur
7.    Mengetahui bentuk telur yang tidak terbuahi dan tidak terbuahi
8.    Mengetahui perkembangan telur sejak terbuahi hingga penetasan telur

1.3        Manfaat Praktikum
Menambah pengetahuan dalam bidang pembenihan ikan dan keterampilan dalam melakukan fertilisasi buatan, mengamati seksualitas perimer dan sekunder ikan, pengamatan dan penanganan telur.








2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identifikasi dan Taksonomi Ikan
2.1.1 Identifikasi dan taksonomi ikan komet
Sistematika ikan komet menurut Sugiono (2003) adalah :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5Zu2WmFvNRlVHz-QbgN9fBzeK6gm52oL4k0cZtcXwL5p2qt1T5Mj2dSPFoEHxRcXtvmQFNMjgyNJqWAw-EZ62SwR4bRBw3e5BgvtJuGQB-9sO6Zfs6oY7Qncq1F96jv6XIyLsPcQGVD_Y/s320/%C3%A0QuaC%C3%BCltuR%C3%A9323.jpgKingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Class                : Actiropterygi
Ordo                : Cyprinifornes
Famili              : Cyprinidae
Genus              : Carassias                              Gambar 1. Morfologi ikan komet
Species            : Carassias Sp.
Perbedaan jantan dan betina ikan komet dapat diketahui dengan cara melihat bagian alat kelamin pada ikan komet. Berdasarkan (Gambar 1). Bentuk tubuh ikan komet agak memenjang dan memiliki sirip yang berukuran panjang. Ikan komet jantan ditandai dengan adnya bintik - bintik bulat yang menonjol pada bagian sirip dadanya dan tersa kasar jika diraba. Induk jantan yang telah matang gonad jika diurut pelan kerarah lubang genital akan mengeluarkan cairan berwarna putih. Sedangkan ikan komet betina bagian sirip dadanya terasa halus ketika diraba. Induk ikan komet betian, lubang genital induk ikan komet terlihat agak kemerah - merahan dan jika diurut akan mengeluarkan telur (Sugiono, 2003) .
2.1.2 Identifikasi dan taksonomi ikan nila
Menurut Sugiono (2003) klasifikasi ikan nila adalah:
Kerajaan          : Animalia
Filum               :
Chordata
Kelas               :
Actinopterygii
Ordo                :
Perciformes
Famili              :
Cichlidae
Genus              :
Oreochromis
Spesies            : Oreocromis Sp.                      
Gambar 2. Morfologi ikan nila
Menurut Sugiono (2003) jika dibedakan Berdasarkan (Gambar 2). Bentuk tubuh ikan nila jantan lebih ramping dan ikan nila jantan memiliki sisik yang lebih besar dibanding ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urine dan saluran seperma yang terletak didepan anus, ikan nila jantan memiliki warna badan lebih gelap dari ikan betina. Sedangkan tanda - tanda ikan nila betina adalah alat kelamin berupa tonjolan dibelakang anus yang terdiri dari 2 lubang. Lubang pada bagian depan berfungsi sebagai saluran pengeluaran telur, sedangkan lubang pada bagian belakang berfungsi sebagai saluran pengeluaran air seni. Perut ikan nila betina yang mengandung telur yang sudah matang terasa lembek dan membesar.
2.1.3 Identifikasi dan taksonomi ikan bawal
Menurut Amri (2008) sistematika ikan bawal air tawar adalah:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBoChnRbeH64EnHnb0_ZZoj3JGJGeTqkoykAUC6I6tICoQzfu3TDzRx-sHbNFWDlGBmNwNrWJA0QNDT7Ql1cdZKItFmMSDZsVluqPPj3S0p4koGd8Vkp3_5bArinGdtlltpoftoNVM5xk/s320/index.jpgFilum               : Chordata
Sub filum        : Craniata
Kelas               : Pisces
Sub kelas         : Neoptergii
Ordo                : Cypriniformes
Subordo          : Cyprinoidea
Famili              : Characidae                           
Genus              : Colossoma                           
Gambar 3. Morfologi ikan bawal
Spesies            : Colossoma Sp.
Menurut Amri (2008) jenis kelamin ikan bawal lebih mudah diketahui pada saat bawal sudah dewasa. Berdasarkan  (Gambar 3). Dapat disimpulkan bahwa ikan bawal betina memiliki bentuk tubuh yang lebih gemuk dengan warna merah yang tidak terlalu menyala, memiliki garakan yang lamban dan cenderung diam, ketika matang gonad ikan bawal betina jika diurut perutnya akan mengeluarkan telur – telur yang berwarna kuning, sedangkan ikan bawal jantan bentuk tubuhnya ramping dan memiliki warna agak gela, bagian bawah ikan bawal jantan berwarna merah yang menyala, ikan bawal jantan yang matang gonad jika diurut perutnya akan mengeluarkan caian seperma yang berwarna putih susu, ikan bawal jantan memiliki garakan yang lincah dibanding ikan bawal betina.
2.1.4 Identifikasi dan taksonomi ikan lele
Lele kampung, Clarias batrachusMenurut  Budiman (2001)  taksonomi ikan lele adalah:
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Siluriformes
Famili              : Clariidae
Genus              : Clarias Sp.                            Gambar 4. Morfologi ikan lele
Berdasarkan (Gambar 4). Ciri - ciri ikan lele jantan adalah proporsi kepala jantan lebih kecil dibanding dengan betina, warna kulit dada jantan lebih kusam di banding betina, kelamin jantan menonjol, memanjang kearah belakang, terletak di belakang anus, dengan warna kemerahan, gerakan induk jantan lebih lincah di banding ikan lele betina, serta kulit jantan yang lebih halus dibanding betina, pada jantan akan muncul bintik - bintik kecil disekitar sirip dorsal. Sedangkan ikan lele betina kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan, warna kulit dada cerah, kelamin berbentk oval atau bulat dengan warna kemerahan, lubangnya agak lebar, letaknya dibelakang anus, gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak gembung dan lunak bila diurut dari bagian perut kearah ekor indukan betina akan mengeluarkan cairan kekuning - kuningan berupa sel ovum (Budiman, 2001).
2.2 Teknik Pembenihan Ikan
Benih ikan dapat diperoleh dengan cara melakukan proses pemijah pada induk ikan jantan dan induk ikan betina. Menurut Amri (2008) ada beberapa tekhnik pemijahan yang  diketahui cara - caranya yaitu teknik pemijahan alami, teknik pemijahan semi buatan dan teknik pemijahan buatan. Teknik pemijahan alami adalah pemijahan yang dilakukan oleh induk betina dan jantan secara alami tanpa adanya campur tangan manusia. Dalam hal ini pembudidaya hanya memberikan kondisi yang baik untuk proses pemijahan, yaitu dengan cara menyediakan ijuk yang berfungsi sebagai sarang atau tempat penempelan telur.
2.2.1 Teknik pembenihan ikan lele
Pembenihan ikan lele dapat dilakukan melalui seleksi induk ikan lele. Menurut Mahmud (2007) seleksi induk bertujuan untuk mendapatkan indukan yang berkualitas agar sifat genetiknya dapat diturunkan pada anakannya. Induk jantan ikan lele yang berkualitas dapat dilihat dari bentuk tubuhnya yang berukuran panjang  dan jika diurut akan keluar sperma. Pembeniha ikan lele dapat dilkukan dengan cara pemijahan secara alami maupun buatan, pemijahan ikan lele secara alami tidaklah sulit dilakukan caranya simple saja, pemijahan dilakukan didalam hapa perlakuan yang diterapkan dalam pemijahan alami ikan lele seperti dilakukan rangsangan dengan menggosok bagian alat kelamin ikan lele baik jantan maupn betinanya dengan menggunakan getah batang daunt alas, kemudian ditaruhkan kakaban tempat menempelkan talurnya setelah itu pisahkan induk dari telurnya, setelah menetas 5 – 7 hari lakukan pendederan pada bak pendederan bak yang digunakan adalah bak dari beton dengan perlakuan seperti persiapan air yang bersih dan airasi agar benih mendapatkan O­2 yang cukup, barulah dilakukan pendederan pada benih ikan lele.
2.2.2 Fertilisasi alami dan buatan ikan lele
Fertilisasi alami merupakan proses pembuahan sel telur oleh sperma yang terjadi secara alami tanpa adanya campur tangan manusia, proses ini terjadi diluar tubuh induk ikan lele. Fertilisasi ikan secara alami terjadi karena adanya pembuahan yang dilakukan oleh sperma terhadap telur. Ketika sel telur keluar, maka ikan jantan akan menuju ke sel telur dan menyemprotkan sepermanya. Sedangkan fertilisasi buatan merupakan peroses pembuahan sel telur oleh seperma karena adanya campur tangan manusia. Dalam fertilisasi buatan ini induk betina ikan lele yang siap, diurut perutnya dengan cara menekan bagian perutnya kearah lubang genitalnya, sedangkan untuk induk ikan lele jantan dibedah perutnya dan diambil sepermanya. Setelah sel telur dan seperma disiapkan, lakukan pencampuran antara sel telur dan seperma didalam baskom dan tetaskan pada akuarium (Sugiono, 2003).





























3. METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 28 - 30 Mei 2011 di Lingsar - Lombok Barat. Dan di Laboraturium Perikanan.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Deskriptif yaitu metode yang member gambaran secara lengkap, sistematis mengenai data atau kegiatan yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data semata, tetapi juga meliputi analisa dan pembahasan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan informasi lengkap tentang teknik pembenihan ikan yang meliputi : seksualitas primer dan sekunder pada ikan nila, komet dan bawal ; pemijahan buatan pada ikan karper dan perkembangan telur ikan karper.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1) Observasi lapangan, 2) Partisipasi langsung, 3) wawancara, dan Studi literatur. Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu data yang diambil dari sumbernya secara langsung, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya dan data skunder adalah informasi yang telah dikumpulkan dari pihak lain seperti dosen, asisten dosen dan masyarakat yang terkait pada bidang perikanan, khususnya bidang pembenihan ikan.
3.4 Prosedur Pengamatan
3.4.1  Seksualitas primer dan skunder ikan
Perosedur pengamatan seksualitas perimer dan sekunder ikan yang kita lakukan dalam praktikum ini seperti mengangkat ikan dari air kemudian amati alat kelamin luarnya dan catatlah perbedaan bentuk alat kelamin, jumlah saluran pengeluarannya dan warna alat kelaminnya. Selanjutnya tambahkan berbagai parameter pengamatan dan dicari sebanyak mungkin perbedaan antara kelamin jantan dan betina. Setelah mengamati ciri - ciri alat kelamin luar, selanjutnya kita melakuka pembedahan pada ikan kemudian amati bentuk gonad dan dilanjutkan dengan mengamati bagian dalam atau isi gonadnya.
3.4.2 Pembuatan ekstrak kelenjar pitutary
Prosedur pembuatan ekstrak kelenjar pitutary yaitu, Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, tentukan dosis atau berat ikan donor yang akan digunakan (berdasarkan berat induk yang akan disuntik), kepala ikan donor  dipotong sampai putus pada overculum, letakan kepala ikan yang telah dipotong dengan posisi mulut menghadap keatas, lalu sayat mulai dari lubang hidung kebawah. Buka tengkorak ikan agar otaknya dapat terlihat dengan jelas. Bersihkan lemak, darah dan jaringan - jaringan yang biasanya menutupi otak dengan menggunakan tisu, letak kelenjeran pituitary dibawah otak ikan, singkirkan otak ikan dengan hati – hati Ambil kelenjar hipofisa tersebut dengan cara hati - hati dengan menggunakan pinset, kemudian hancurkan dengan penggerus jaringan dengan cara memutarkan batang alurnya sambil ditakan dan sambil diberi aquades sekitar 0,2 ml. Setelah bener - bener hancur, tambahkan lagi aquades sehingga menjadi 1 - 1.5 ml atau targantung kebutuhan (jangan lebih dari 5 ml). Dengan menggunakan spuit berjarum besar, pindahkan suspensi ketabung sentrifuse, lalu sentrifuse hingga jaringan - jaringan kasar mengendap. Sebagai hasilnya diperoleh suspensi yang agak jernih. Ambilah suspensi tersebut dengan menggunakan jarum sepuit untuk dipindahkan kedalam tabung yang bersih. Pastikan ampas kelenjar hipofisa tidak ikut terambil. Ekstrak kelenjar hipofisa siap disuntikkan.
3.4.3     Fertilisasi Buatan
Fertilisasi buatan adalah usaha untuk mendapatkan benih dengan cara pencampuran seperma dengan sel telul. Teknik fertilisasi dapat dilakukan dengan cara mengambil  induk ikan yang siap disuntik. Kemudian diamati bentuk dan warna alat kelaminnya, tekan dengan halus bagian genital pada ikan, apakah terdapat cairan atau telur yang keluar. Selanjutnya setriping indukan betina tersebut untuk mengambil beberapa butir telur, kemudian ambil larutan hormon ovaprim (0,5 ml/kg induk, kemudian diencerkan sebanyak dua kali volume opavrim sesuai dosis yang digunakan). Terus suntikkan hormon tersebut pada bagian punggung sebelah kanan, penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali dengan perbandingan dosis 70% : 30% dengan kemiringan alat suntik 45 drajat mengarah kepala. Selanjutnya tunggu selama enam jam kemudian dilakukan penyuntikan kedua, bagian yang disuntik adalah bagian punggung sebelah kiri. Kemudian diamkan lage ikan selama enam jam dan kemudian pastikan bahwa ikan siap diseteriping. Tekan alat kelamin dan perhatikan cairan yang keluar, perhatikan posisi inti telur, jika posisi inti sudah berada pada bagian pinggir, maka seteriping siap dilakukan.
Untuk seteriping ikan lele langkah yang dilakukan adalah seperti mengelap permukaan tubuh ikan agar tidak ada air yang menetes dan tangan dalam keadaan kering. Kemudian pegang induk ikan lele dengan menutup matanya dengan bantuan lap, tangan kiri memegang kepala dan ibu jari menekan perut dengan pelan kearah lubang genital, kemudian tampung telur yang keluar dalam wadah baskom.
Sedangkan untuk pengambilan seperma ikan lele dilakukan dengan cara membedah ikan lele dan ambil sepermanya, setelah seperma disiapkan kemudian tuangkan kedalam wadah yang berisi telur sambil diaduk perlahan menggunakan bulu ayam. Kemudian beri akuades untuk mengencerkan campuran telur dan sperma tersebut. Khusus untuk telur ikan lele dapat disebar langsung kedalam akuarium yang telah diberi kakaban sebagai tempat penempelan telur.
3.4.4. Perkembangan telur
Perkembangan telur ikan dapat diketahui dengan cara melakukan pengamatan pada telur dengan bantuan mikroskop cahaya, cara yang dilakukan dalam pengamatan perkembangan telur seperti mengambil beberapa butir telur dengan menggunakan pipet tetes dan diletakkan pada gelas benda kemudian langsung diamati menggunakan mikroskop kemudian gambar perkembangan telur yang dilihat, selang wakti 30 menit pengamatan lagi dilakukan kemudian gambar lagi apa yang dilihat, hal ini dilakukan sampai telur menetas.


3.5 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam peraktikum ini adalah mikroskop, cawan petri, gelas objek, pipet tetes, telepon seluler, kamera, termometer, akuarium, bulu ayam, suntikan, tabung reaksi, pisau, penggaris, timbangan, nampan, jarum, gunting, waring, dan penggerus. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan bawal, ikan komet, ikan nila, ikan karper, ikan lele (induk jantan dan induk betina), akuades, sitokarmin, kakaban, NaCl, air tawar, tisu, dan telur ikan lele.























4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Seksualitas Primer dan Seksualitas Skunder
Tabel 1. Pengamatan seksualitas perimer dan sekunder ikan bawal.
Parameter

Ikan Bawal

Seksualits sekunder
A
B
C
Warna
Silver cerah
Silver gelap
Silver keputihan
Bentuk badan
pipih
Pipih
Pipih
Bentuk sirip
Sirip kekuningan
Sirip merah
Sirip putih
Bentuk morfologi lain
-
Sirip dada sampai opeculun merah
Sirip dada sampai opeculun Putih
Seksualitas perimer



Warna kelamin
Putih
Putih
Putih
Saluran kelamin
1
1
1
Gambar gonad
DSC01594.JPG
DSC01593.JPG
DSC01601.JPG
Gambar bagian dalam gonad(telur/sperma)
-
-
-
Kesimpulan jantan/betina
Jantan
Jantan
Jantan
Berdasarkan (Tabel 1). Seksualitas sekunder ikan bawal A, B dan C. ikan bawal A memiliki warna tubuh silver cerah, ikan bawal B memiliki warna tubuh silver gelap, sedangkan untuk ikan bawal C warna tubuhnya silver keputihan. Untuk bentuk badan ikan bawal A, B dan C sama – sama pipih dan warna sirip ikan bawal A kekuningan, bawal B merah dan bawal C siripnya warna putih. Bentuk morfologi lain dari ikan bawal adalah untuk ikan bawal A tidak diketahui bentuk morfologi lainnya, bawal B sirip dada sampai operkulunnya berwarna merah, sedangkan untuk ikan bawal C sirip dada sampai operkulunnya berwarna putih. Sedangkan untuk seksualitas perimernya, untuk ikan bawal A, B dan C warna kelaminnya putih dan jumlah kelaminnya masing – masing 1. Kesimpulan dari seksualitas perimer ikan bawal, ikan bawal A, B dan C berjenis kelamin jantan semua.

Tabel 2. Pengamatan seksualitas perimer dan sekunder ikan nila.
Parameter
Ikan Nila

Seksualits sekunder
A
B
Warna
Gelap
Cerah
Bentuk badan
Buncit
Ramping
Bentuk sirip
IMG10176.jpgIMG10176.jpg
Gelap
Cerah kemerhan
Bentuk Morologi lain
-
-
Seksualitas primer


Warna Kelamin
Putih
Putih
Saluran kelamin
2
1
Gambar gonad

IMG10178.jpg
Gambar bagian dalam gonad(telur/sperma)
-
-
Kesimpulan jantan/betina
Betina
Jantan
Seksualitas sekunder ikan nila, ikan nila A memiliki warna tubuh gelap dan ikan nila B memiliki warna tubuh cerah. Bentuk bada ikan nila A buncit sedangkan ikan nila B bentuk badannya ramping dan warna sirip ikan nila A gelap sedangkan untuk ikan nila B warna siripnya cerah kemerahan. Sedangkan untuk seksualitas perimer ikan nila, warna alat kelamin ikan nila A dan B sama – sama putih dan saluran kelamin ikan nila A ada 2 dan ikan nila B saluran kelaminnya ada 1. Berdasarkan (Tabel 2). Jenis kelamin ikan nila A adalah betina dan jenis kelamin ikan nila B jantan.
Tabel 3. Pengamatan seksualitas perimer dan sekunder ikan komet.
Parameter
Ikan Komet

Seksualits sekunder
A
B
Warna
Cerah
Gelap
Bentuk badan
Ramping
Ramping
Bentuk sirip
Putih
merah
Bentuk Morologi lain
-
-
Seksualitas primer


Warna Kelamin
Putih
Putih
Saluran kelamin
1
1
Gambar gonad
IMG10170.jpg
IMG10172.jpg
Gambar bagian dalam gonad(telur/sperma)
-
-
Kesimpulan jantan/betina
Betina
Jantan
Berdasarkan (Tabel 3). Seksualitas sekunder ikan komet, ikan komet A memiliki warna cerah dan ikan komet B memiliki warna gelap, untuk warna sirip ikan komet A putih sedangkan ikan komet B warna siripnya merah. Sedangkan untuk seksualitas perimer ikan komet, ikan komet A dan B memiliki warna alat kelaminnya sama – sama putih dan saluran kelaminnya juga sama – sama 1. Jenis kelmin ikan komet A betina dan jenis kelamin ikan B adalah jantan.



4.2 Fertilisasi Buatan
Tabel Pengamatan fertilisasi buatan
Parameter
Ikan Lele
Berat induk betina
1 kg
Kesiapan induk untuk disuntik
Ada telur yang keluar
Gambar telur yang diambil dan bagian – bagiannya
Gambar
Inti berada di tengah
Jenis dan volume serta waktu penggunaan hormone
Hormone Ovaprim sebanyak 0,5 ml
Penyuntikan 1 : 0,35 ml (Jam 12.30)
Penyuntikan 2 : 0,15 ml (Jam 18.00)
Waktu fertilisasi
Jam 02.30 WITA
Jumlah telur
Banyak ( ± 1000 – 4000 butir )
Berdasarkan (Tabet diatas). Berat induk ikan lele yang digunakan adalah 1 kg dan untuk mengtahui kesiapan induk untuk disuntik seperti keluarnya telur jika diurut, jenis larutan yang digunakan untuk disuntikkan ke induk ikan lele adalah Hormon Ovaprim sebanyak 0,5 ml, penyuntikan pertama dilakukan pada jam 12.30 dengan volume 0,35 ml dan penyuntikan kedua dilakukan pada jam 18.00 dengan volume 0,15 ml dan waktu fertilisasi dilakukan pada jam 02.30 dini hari, jumlah telur yang didapat sebanyak (± 1000 – 4000 butir telur). Fertilisasi buatan dilakukan dengan cara menseteriping pada perut ikan lele betina yang telah disuntik dengan larutan ovaprim. Telur yang telah diurut dikumpulkan dalam wadah. Kemudian jantan dilakukan pembedahan untuk mengambil gonadnya lalu dikeluarkan spermanya dan disimpan kedalam satu wadah yang kemudian dicampur dengan larutan fisiologis guna untuk pengenceran seperma. Setelah itu hasil yang didapat dikumpulkan menjadi satu dengan menggunakan bulu ayam sebagai adukannya sampai tercampur dengan rata kemudian dituang kedalam bak penetasan.
Hormon yang digunakan adalah ovaprim sebanyak 0,5 ml dimana penyuntikan 1 : 0,35 ml  pada jam 12.30 dan penyuntikan 2 : 0,15 ml jam 18.00. Adapun hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan didalam sel - sel. sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Hormon terikat kepada reseptor dipermukaan sel atau didalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel (Gusrin, 2008).
4.3 Perkembana Telur
Tabel Setadia perkembangan embrio
Waktu dan tanggal pengamatan
Stadia perkembangan
Keterangan / gambar

Jam 03.00 WITA
Tgl 29 Mei 2011
Fase cleavage


Jam 06.20 WITA
Tgl 29 Mei 2011
Setadium morulla



Jam 10.00 WITA
Tgl 29 Mei 2011
Setadium blastula

Jam 11.00 WITA
Tgl 29 Mei 2011
Setadium gastrula



Jam 12.45WITA
Tgl 30 Mei 2011
Setadium embryogenesis

Jam 01.00 WITA
Tgl 30 Mei 2011
Telur menetas


Berdasarkan (Tabel diatas). Penetasan merupakan saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya. Penetasan terjadi karena kerja mekanik dan kerja enzimatik. Kerja mekanik disebabkan embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang dalam cangkangnya atau karena embrio lebih panjang dari lingkungannya dalam cangkang. Kerja enzimatik merupakan enzim atau unsur kimia yang disebut chorion dikeluarkan oleh kelenjar endodermal didaerah parink embrio. Gabungan kerja mekanik dan kerja enzimatik menyebabkan telur ikan menetas. Sedangkan faktor luar yang yang berpengaruh terhadap penetasan telur ikan adalah suhu, oksigen terlarut, pH, salinitas dan intensitas cahaya. Peroses penetasan umumnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi karena pada suhu yang tinggi peroses metabolisme berjalan lebih cepat sehingga perkembangan embrio akan lebih cepat yang berakibat lanjut pada pergerakan embrio dalam cangkang yang lebih intensif. Namun demikian, suhu yang terlalu tinggi atau berubah mendadak dapat menghambat peroses penetasan dapat menyebabkan kematian embrio dan kegagalan penetasan. Suhu yang baik untuk penetasan ikan 27 – 30 oC.
Menurut Permadi (2009) proses pembelahan sel pada binatang bertulang belakang meliputi : Cleavage; Pembelahan zygote secara cepat menjadi unit - unit yang lebih kecil yang di sebut blastomer. Blastulasi; proses yang menghasilkan blastula yaitu campuran sel - sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel - sel blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal, mesodermal dan endodermal yang merupakan bakal pembentuk organ - organ. Glastrulasi; proses pembelahan bakal organ yang sudah terbentuk pada saat blastulasi. Organogenesis; Proses pembentukan berbagai organ tubuh berturut - turut bakal organ - organ antara lain susunan syaraf, mata, somit, lateralis, jantung, aorta, insang, infudibulum dan lipatan - lipatan sirip.
Telur ikan lele ini menetas dalam waktu 22 jam. Sugiono (2003),  menerangkan juga telur ikan akan menetas dalam jangka waktu 20 - 36 jam. Setiap telur waktu penetasannya juga berbeda - beda. Telur akan menetas tergantung dari suhu air bak penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya semakin lama. Telur ikan lele akan menetas menjadi larva antara 18 – 24 jam dari saat pembuahan. Sedangkan telur ikan ikan mas menetasa setelah 36 –  48 jam dari pembuahan.



















BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum teknik pembenihaan ini adalah:
1.      Jenis kelamin ikan dapat di ketahui dengan cara melihat ciri seksualitas primer yaitu organ yang berhubungan langsung dengan organ reproduksi dan pembuluhnya. Ikan jantan ditandai dengan bagian vavila yang menonjol. Adapun betina ditandai dengan bagian kelamun yang membentuk bulat dan membesar.
2.      Untuk induk ikan betina yang siap memijah dapat ditandai dengan bentuk perutnya yang mengembang dan lembek.
3.      Ikan lele jantan tidak dapat di striping melainkan dibadah untuk mengambil spermanya.
4.      Ikan harus dalam keadaan kering pada saat di striping agar telur ikan tidak basah.
5.      Pemijahan secara alami untuk ikan lele sebenarnya tidak sulit dilakukan caranya simple saja cumin diberikan perlakuan seperti mengosok alat kelamin jantan dan betina ikan lele dengan getah dari batang daunt alas, pemijahan dilakukan didalam hapa dan di taruhkan ijuk. Setalah bertelur induk dipisahkan.










DAFTAR PUSTAKA
Amri, 2008. Budidaya Ikan Bawal Air Tawar. AgroMedia Pustaka Jakarta.
Budiman, 2001. Budidaya Ikan Komet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Gusrin, 2008. Budidaya Ikan Jiltd I. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Mahmud, 2007. Teknik Pemijahan Ikan Lele Sistem Indused Breeding (Kawin Suntik). PT. Gramedia. Jakarta.
Permadi, 2009. Teknologi Reproduksi (Spawning) dalam Pembenihan Ikan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Subandyo, 1996. Aplikasi Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Ikan Budidaya. FMIPA IKIP Jogjakarta. Jakarta.
Sugiono, 2003. Efektivitas Aromatase Inhibitor dalam Pematangan Gonade dan Stimulasi Ovulasi pada Ikan Sumatra (Puntius Tetrazona). Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur Institut Pertanian Bogor. Bogor.



Sumber : alfan-andrian.blogspot.com

Post a Comment