LAPORAN
PRAKTIKUM
PARASIT DAN PENYAKIT IKAN
IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KARPER (Cyprinus carpio)
Oleh:
ALFAN ANDRIAN
CIK 008 044
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
ini dibuat sebagai salah satu syarat lulus mata kulyah Parasit dan Penyakit
Ikan
Mataram, Desember 2010
Mengetahui,
Asisten
Praktikum Praktikan
M.
Masyarul Rusdani Alfan
Andrian
C1K
007 049
C1K 008 044
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan karper merupakan salah satu komoditas
perikanan yang sangat menguntungkan, karena dilihat dari proses budidayanya
yang mudah dan tidak merepotkan bagi penbudidaya ikan karper. Selain itu dalam
proses pertumbuhannya juga dapat dikatakan sangat cepat. Penyediaan benih ikan
yang cukup dan berkualitas merupakan salah satu faktor penting bagi
keberhasilan bidang budidaya ikan.
Dalam budidaya perikanan, kewaspadaan terhadap
penyakit perlu sekali mendapat perhatian utama. Ikan yang terserang dapat
mengakibatkan penurunan produksi budidaya, bahkan dapat menimbulkan kematian
ikan. Penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh agen infeksi seperti parasit,
bakteri, dan virus, Agen non infeksi seperti kualitas pakan yang jelek, maupun
kondisi lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan. Timbulnya
serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan,
kondisi lingkungan, dan organisme atau agen penyebab penyakit (Afrianto, E
& Liviawaty, E., 1992). Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress
pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah,
akhirnya agen penyakit mudah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan penyakit.
Pada umumnya banyak ikan budidaya yang mati karena
terserang oleh penyakit, akan tetapi belum di ketahui penyebab ataupun jenis
penyakitnya. Oleh karena itu pengamatan pada jenis ikan karper yang diperoleh
dari balai budidaya ikan air tawar lingsar, perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis penyakitt yang menyerang ikan budidaya tersebut apakah
virus, bakteri ataupun parasit
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun
tuijuan dilaksanakannya praktikum ini adalah
1. Untuk
mendeteksi ektoparasit yang terdapat pada ikan.
2. Untuk
mengetahui morfologi ikan yang terkena penyakit
3. Untuk
menetahui cara pengidentifikasian penyakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
klasifikasi ikan karper (Cyprinus carpio)
Taksonomi ikan karper
adalah:
Kingdom : animalia
Phylum : chordata
Kelas : actinopterygii
Ordo : cyprinoformes
Family : cyprinidae
Genus : cyprinus
Spesies : cyprinus carpio
Secara morfologis, ikan karper
mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat
disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek.
Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian
kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran
relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru,
merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan
rasnya.
Ikan mas menyukai tempat hidup
(habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak
terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup
baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C.
Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan
payau atau muara sungai yang bersalinitas
(kadar garam) 25-30%o. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan,
baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya
adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan(Rochdianto,
2005).
Siklus hidup ikan mas dimulai dari
perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas
dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di
habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya
rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara alami, pemijahan
terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk
ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan
yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan
sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi
pemijahan. Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas
berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot
0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau
bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan
tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran
relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur
tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan
bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva
berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu
4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar
untuk menunjang kehidupannya(
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh
menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3
minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan)
yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh
terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya
sekitar 100 gram. Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam
bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara
itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan.
Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan
atau dasar kolam untuk mencari makanan ( Gunadi,2008 ).
2.2 Identifikasi Penyakit
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendeteksi
tanda-tanda serangan dan mengidentifikasi secepat mungkin penyebabnya. Secara
garis besar tanda-tanda ikan yang terserang penyakit adalah:
1.
Ikan
terlihat pasif,lemah dan kehilangan keseimbangan tubuhnya sehingga cenderung
mengapung dipermukaan air
2.
Nafsu
makan menurun, ikan mengalami kesulitan untuk bernafas (mangap-mangap)
3.
Tubuh
ikan tidak licin lagi karena selaput lender pada kulitnya habis
4.
Terjadi
pendarahan terutama didada, perut dan pangkal sirip. Pendarahan ini menunjukkan
bahwa tingkat serangan penyakit sudah tinggi.
5.
Sisik rontok dan rusak serta sirip punggung,
dada dan ekor mengalami rusak
6.
Insang
mengalami kerusakan dan apabila bagian perutnya dibelah akan terlihat bagian
organ hatinya berwarna kekuning-kuningan (Aprianto, 1992).
2.3 Identifikasi Parasit
Penyakit yang disebabkan oleh parasit terdiri dari protozoa dan
metazoa. Protozoa bersifat parasitik terhadap ikan dan jumlahnya lebih dari
2000 jenis. tempo yang relatif singkat.Secara umum gejala ikan yang terserang
protozoa adalah ikan tampak pucat, nafsu makan kurang, gerakan lambat dan sering
menggososk-gosokkan tubuhnya ada dinding kolam, pada infeksi lanjut ikan
megap-megap dan meloncat-loncat ke permukaan air untuk mengambil oksigen dan
adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan.Parasit dari golongan
metazoa antara lain Monogenetic trematod (golongan cacing), cestoda, nematoda,
Cepopoda (Argulus sp., Lernaea sp.) dan golongan Isopoda. Organ
yang menjadi target serangan parasit ini adalah insang. Penularan terjadi
secara horisontal terutama pada saat cacing dalam fase berenang bebas yang
sangat infektif. Secara umum gejala dari serangan metazoa adalah ikan tampak
lemah tidak nafsu makan, pertumbuhan lambat tingkah laku dan berenang tidak
normal disertai produksi lendir yang berlebihan, insang tampak pucat dan membengkak sehingga
overculum terbuka, ikan sulit bernafas seperti gejala kekurangan oksigen,
peradangan pada kulit akan mengakibatkan ikan menggoso-gosok badannya pada
benda sekitar, badan kemerahan disekitar lokasi penempelan parasit, dan pada
infeksi berat parasit ini kadang dapat terlihat dengan mata telanjang pada
permukaan kulit ikaN(Irianto,2005).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin 27 Desember 2010
di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Mataram
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 alat-alat
Adapun
alat yang digunakan pada saat praktikum adalah kaca pembesar,kaca preparat,
kaca penutup, pipet tetes, mikroskop, pinset ,gunting, penggaris, bak preparat,
timbangan
3.2.2 bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan
adalah ikan karper dan aquades
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan
dalah :
1. Disiapkan ikan karper yang masih
hidup sebanyak 5 ekor
2.
Diamati
tingkah laku ikan karper saat berenang
3.
Diamati
warna tubuh dan di ukur panjang tubuh serta ditimbang berat ikan karper
4.
Dilakukan
pengamatan pada bagian luar tubuh yaitu
a. Diamati seluruh permukaan tubuh ikan
yang sudah di bunuh untuk mendeteksi parasit yang ada dipermukaan tubuh ikan
b. Digambar parasit yang ditemukan dan dicatat tempat
parasit ditemukan
5
Dilakukan
pengamatan pada lendir yaitu
a. Diambil lendir tubuh dengan
menggunakan kaca penutup kemudian diletakkan lender pada kaca preparat
b. Diteteskan satu tetes akuades pada
kaca preparat
c. Diamati dibawah mikroskop dan di
gambar parasit yang berhasil ditemukan
6
Dilakukan
pengamatan pada insang dan sirip ikan karper yaitu
a. Dipotong bagian insang dan sirip
dengan gunting kemudian diletakkan diatas preparat dan ditetesi dengan akuades
b. Diamati dibawah mikroskop kemudian
digambar parasit yang ditemukan
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
Morfologi
dan tingkah laku
No
|
Sampel ikan
|
Jenis ikan
|
Asal
|
Berat
|
Panjang
|
Warna
|
1
|
1
|
Karper
|
Lingsar
|
0,5 ons
|
16 cm
|
Cerah
|
2
|
2
|
Karper
|
Lingsar
|
0,5 ons
|
14,5 cm
|
Cerah
|
3
|
3
|
Karper
|
Lingsar
|
0,7 ons
|
15 cm
|
Cerah
|
4
|
4
|
Karper
|
Lingsar
|
0,2 ons
|
8,5 cm
|
Abu-abu
|
5
|
5
|
Karper
|
Lingsar
|
0,5 ons
|
14,5 cm
|
Hitam
|
Sampel ikan
|
Tingkah laku ikan
|
1
|
Pasif,
gerakan lemah,pernafasan lemah
|
2
|
Aktif
bergerak, pernafasan lancar
|
3
|
Tidak
ada mata, gerakan oleng,menguap-nguap,menuju permukaan
|
4
|
Menguap-nguap,
menuju permukaan,gerakan oleng
|
5
|
Gerakan
oleng, menuju permukaan,mangap-mangap
|
Pemeriksaan penyakit
Uji lab.
|
Ikan 1
|
Ikan 2
|
Ikan 3
|
Ikan 4
|
Ikan 5
|
hasil
|
ket
|
Lender
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
-
|
Tidak terdapat
parasit
|
Sisik
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
-
|
|
Sirip
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
1
|
Thelohanellus pyriformis
|
Insang
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Tiadak ada
|
1
|
Trichodina sp
|
Usus
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
-
|
|
Hati
|
Tidak da
|
Tidak da
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
-
|
|
Jantung
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
Tiadak ada
|
-
|
Hasil
pengamatan parasit
no
|
Nama parasit
|
gambar
|
Inang/organ
|
ket
|
1
|
Thelolahanellus
pyriformis
|
Sirip dubur
|
||
2
|
Trichodina sp
|
Insang
|
4.2
Pembahasan
Pengamatan pada parasit pada
praktikum ini dilakukan pada 5 sampel ikan yang diperoleh dari BBI Lingsar
dengan ukuran tidak lebih dari 10 cm. hal ini dikarena pada ukuran ini ikan sangat mudah sekali terserang oleh
penyakit, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus ataupun parasit.
Pengidentifikasian ini dilakukan dengan mata telanjang dengan pengamatan secara
fisik bagian luar tubuh dan mengamati tingkah laku yang ditunjukkan oleh ikan.
Dari kelima ikan karper dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda tingkah laku
yang ditunjukkan berbeda-beda ikan 1 pergarakan lemah dan juga pernapasan
lemah, begitu juga pada ikan 3,4 dan 5 menunjukkan tingkah laku yang sama yaitu
pergerakannya oleng, mulut mangap-mangap,dan menuju kepermukaan.pada ikan 2
terlihat sangat segar. Dari pengamatan tingkah laku tersebut terbukti dari
semua ikan yang telah dibunuh dan diamati secara mikroskopis pada bagian
sirif,insang,lender,jantung,hati dan usus. Pada ikan ikan 3 dan 4 ditemukan
adanya parasit yna menyerang yaitu jenis protozoa masing masing pada ikan 3
ditemukan pada sirip dubur dan ikan 4 pada insang. Pengendalian parasit dapat
dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya dan penggunaan bahan kimia.
Adapun parasit pada ikan 3 adalah
Trichodina sp . Hal ini dimungkinkan karena kondisi kualitas air yang buruk
baik di kolam maupun dari sumbernya, seperti suhu yang tidak optimal dan DO
yang rendah. Selain kualitas air yang kurang baik, dapat juga disebabkan karena
tingkat kepadatan ikan yang relatif tinggi sehingga proses persinggungan ikan
lebih banyak terjadi dan penyebaran Trichodina sp. bisa menjadi lebih
cepat. Selain itu, Trichodina sp. tumbuh dengan baik pada kolam-kolam
dangkal dan menggenang terutama pada tempat-tempat pemijahan dan pembibitan
(Rokhmani. 2002). Ikan yang terinfeksi oleh parasit ini menunjukkan tingkah
laku yang aneh, terjadi perubahan warna pada kulit ikan, penurunan berat badan,
pada sirip dan insang ikan sering mengalami kerusakan. Parasit ini pada umumnya menimbulkan kematian pada
benih-benih ikan (Kabata. 1985). Sedangkan parasit yang menyerang ikan 4 adalah Thelohanellus
pyriformis.
Berikut penjelasan mengenai parasit
yang menyerang ikan karper dari BBI Lingsar adalah:
4.2.1 Trichodina
sp.
Taxoniomi Trichodina sp. adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Subphylum : Ciliophora
Kelas : Hypsostomata
Ordo : Mobilina
Family : Trichodinidae
Genus : Trichodina
Spesies :
Trichodina sp.
Morfologi
Penyakit yang disebabkan oleh parasit Trichodina sp. disebut Trichodiniasis
atau penyakit gatal. Bentuk parasit ini bundar seperti topi atau berbentuk
setengah bola yang berukuran kurang lebih 50 mikron. Dengan bantuan mikroskop,
parasit ini terlihat berbentuk lingkaran
transparan dengan sejumlah silia yang menempel di sekeliling lingkaran.Mulut di
bagian ventral, mulut dilengkapi dengan zat chitine yang melingkari mulut, alat
chitine seperti jangkar Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran pelekat
untuk melekatkan dirinya ke tubuh inang. Parasit ini menempel di bagian kulit,
sirip dan insang. Semua jenis ikan air tawar dapat tersernag penyakit ini.
Siklus
hidup
Berkembang biak dengan cara membelah biner. Siklus
hidupnya dimulai dari stadium dewasa yang berkembang dalam kulit atau jaringan
epitel insang dari inang. Setelah fase makan Selesai parasit ini akan
memecahkan epitel tadi dan keluar dari inangnya untuk membentuk kista.
Larva-larva kista akan menempel pada tumbuhan atau objek lain di perairan
kemudian membelah hingga 10 kali yang menghasilkan 100-2000 sel bulat. Sel-sel
tersebut akan menghasilkan enzim hyaluronidase. Enzim tersebut untuk memecahkan
kista sehingga sel muda (tomit) yang
dihasilkan dapat berenang bebas dan
mendapatkan inang baru. Tomit itu motil dan bersifat infektif 4 hari dan akan
mati jika dalam waktu 24 jam tidak menemukan inang yang baru.
Gejala-gejala
yang ditimbulkan
Gejala yang ditimbulkan akibat serangan parasit ini
pada umumnya adalah terdapat bintil-bintil putih terutama di bagian kepala dan
punggung, nafsu makan ikan hilang, ikan menjadi sangat lemah, produksi lender
bertambah sehingga tubuh ikan tampak mengkilat, pada tubuh bagian luar sering
dijumpai pendarahan, warna tubuh ikan kusam, sering terlihat menggosok tubuhnya
pada dasar atau dinding kolam serta benda-benda keras lain di sekitarnya dan
kerusakan pada kulit sering disertai infeksi sekunder maksudnya dengan rusaknya
kulit akibat parasit tadi maka akan memberikan peluang bagi organisme pathogen
lainnya nseperti virus, bakteri, atau jamur untuk menyerang.
Penyebarannya
Trichodina sp. termasuk parasit obligat yaitu selama hidupnya
berfungsi sebagai parasit dan tidak melepaskan diri dari inangnya (ikan). Penyerangannya
dengan cara menempel pada lapisan lendir bagian kulit ikan dan akan menghisap
sel darah merah dan sel pigmen pada kulit ikan Penularannya terjadi melalui kontak langsung
antara ikan yang sehat dengan ikan yang telah terjangkiti parasit.
Penanganannya
Untuk mencegah timbulnya penyakit ini dapat
dilakukan melakukan penebaran yang tidak tinggi atau padat tebar yang optimum,
air yang masuk ke dalam kolam harus dilakukan penyaringan terlebih dahulu dan
menjaga kebersihan sarana budidaya. Sedangkan ikan air tawar yang terserang
penyakit ini dapat diobati dengan melakukan perendaman ke dalam larutan
formalin 40 ppm selama 24 jam atau 150-200 ppm selama 15 menit. Biasanya juga
menggunakan campuran malachite green 0.1 ppm dengan 25 ppm larutan formalin
untuk perendaman yang diulang 3 kali selama 2 minggu atau dapat juga direndam
dalam larutan garam 30 ppm, larutan asam asetat 1:500, atau formalin 15 ppm.
4.2.2
Thelohanellus pyriformis
Taksonomi thelohanellus
pyriformis adalah :
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Protozoa
Subphylum : Myxozoa
Kelas : Sporozoa
Subkelas :
Myxosporea
Ordo : Cnidosporodia
Subordo :
Myxosporidia
Family : Myxobolidae
Genus :Thelohanellus
Spesies :
Thelohanellus sp.(Anonim,2009).
Morfologi
Penyakit yang disebabakan oleh parasit Thelohanellus sp. disebut penyakit
Mixosporeasis. Penyakit ini sangat berbahaya, sebab dapat mengakibatkan
kematian hingga 80% Parasit ini berbentuk lonjong, berwarna transparan dan
terdapat bulatan kecil di bagian tengah. Spora parasit ini terdiri dari 2 valve
yang dibatasi oleh sebuah suture. Pada valve terdapat 1 kapsul polar. Spora
parasit ini mempunyai cangkang, kapsul polar dan sporoplasm. Di dalam kapsul
polar terdapat filament polar (Anonim, 2009).
Siklus
hidup
Siklus hidup parasit Thelohanellus sp. belum diketahui dengan pasti. Jika bisul pecah,
spora yang ada di dalamnya menyebar seperti plankton. Spora mempunyai ukuran
10-20 mikro, sehingga sering tertelan oleh ikan. Dalam usus ikan spora akan
melepaskan sejenis anak panah yang terkait dengan semacam benang halus ke polar
atau ujung kapsulnya. Jika anak panah ini dapat mencapai dinding usus, spora
akan bergantung pada dinding usus. Selanjutnya dinding spora akan larut dan
keluarlah binatang yang dapat bergerak seperti amuba. Hewan ini akan masuk ke
saluran darah dan menyabar ke seluruh tubuh untuk membentuk bintil atau bisul
baru yang siap menyebarkan spora. Penyebaran spora ini dapat terjadi jika akan
mati atau melalui luka pada tubuh ikan.
Gejala
Gejala yang ditimbulkan akibat serangan parasit ini
pada umumnya adalah nafsu makan hilang, bergerak sambil menggosok-gosokkan
badannya ke benda-banda keras, dapat menyebabkan penyakit bisul yang berwarna
putih seperti kista terdapat di bawah kulit dengan diameter 1-2 mm terutama
pada ikan Tawes dan Mas. Pada sekitar punggung ikan terjadi pembengkakan
seperti bisul dan apabila bagian yang membengkak tersebut pecah akan mengeluarkan cairan keruh berwarna
kemerahan seperti nanah.
Penanganannya
Hingga kini belum ditemukan bahan kimia ynag efektif
untuk memberantas penyakit ini. Namun, pencegahannya dapat dilakukan dengan
system filter air budidaya dan penundaan masa tebar. Kolam yang terserang
penyakit ini dapat didesinfeksi dengan melakukan pengeringan dan pengapuran menggunakan
kapur CaO sebanyak 25 kg/ha dan dibiarkan selama 1 minggu hingga kering untuk
membunuh parasit yang ada. Ikan yang telah terserang penyakit Mixosporeasis
sebaiknya dimusnahkan dengan cara mengubur atau membakarnya(Anonim,2009)
BAB
V
KESINPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat di ambil adalah
1.
Parasit yang terdapat pada ikan
karper adalah Trihodina sp dan Thelohanelus pyriformis
2.
Untuk parasit Trihodina sp di temukan pada jantung ikan sedangkan untuk Thelohanelus pyriformis pada sirip dubur
3.
Tigkah laku ikan yang terserang
parasit ini adalah pergerakan yang tidak normal dan warna tubuh yang buram,adanya
penarahan bagian tubuh
4. Terserangnya
parasit pada ikan dikarenakan kualitas air yang buruk serta kapadatan yang
tinggi dalam pemeliharaannya
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2009. Parasit Protozoa pada Ikan. http://www.crawler.com/parasit+protozoa+pada+ikan.html. Diakses
tanggal 28 Desember 2010.
Aprianto,
1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.
Kansius. Jakarta
Gunadi,2008.http://agromedia.net/Perikanan/Budi-Daya-Ikan-Mas-Secara-Intensif/Detailed-product-flyer.html. Akses 28 Desember 2010.
Kabata. 1985. Parasit and Disease of Fish Cultured in
Tropics. Taylor and Francis. London
Khairuman, 2005. Budi Daya Ikan Mas Secara Intensif .AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan
Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.
Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan
Rokhmani, 2002. Beberapa
Parasit pada Budidaya Ikan Gurami di Kabupaten Banyumas. Sains Akuatik.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.UMP
Sumber : alfan-andrian.blogspot.com
Sumber : alfan-andrian.blogspot.com
Post a Comment