Sunday, August 4, 2013

LAPORAN PRAKTIKUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KARPER (Cyprinus carpio)

LAPORAN PRAKTIKUM
PARASIT DAN PENYAKIT IKAN
IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KARPER (Cyprinus carpio)



 


Pertanian






Oleh:
ALFAN ANDRIAN
CIK 008 044




PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2010




HALAMAN PENGESAHAN

            Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat lulus mata kulyah Parasit dan Penyakit Ikan







Mataram,     Desember 2010


Mengetahui,

     Asisten Praktikum                                                              Praktikan



   M. Masyarul Rusdani                                                           Alfan Andrian
         C1K 007 049                                                                 C1K 008 044            



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ikan karper merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat menguntungkan, karena dilihat dari proses budidayanya yang mudah dan tidak merepotkan bagi penbudidaya ikan karper. Selain itu dalam proses pertumbuhannya juga dapat dikatakan sangat cepat. Penyediaan benih ikan yang cukup dan berkualitas merupakan salah satu faktor penting bagi keberhasilan bidang budidaya ikan.
Dalam budidaya perikanan, kewaspadaan terhadap penyakit perlu sekali mendapat perhatian utama. Ikan yang terserang dapat mengakibatkan penurunan produksi budidaya, bahkan dapat menimbulkan kematian ikan. Penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh agen infeksi seperti parasit, bakteri, dan virus, Agen non infeksi seperti kualitas pakan yang jelek, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan. Timbulnya serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan, dan organisme atau agen penyebab penyakit (Afrianto, E & Liviawaty, E., 1992). Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah, akhirnya agen penyakit mudah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan penyakit.
Pada umumnya banyak ikan budidaya yang mati karena terserang oleh penyakit, akan tetapi belum di ketahui penyebab ataupun jenis penyakitnya. Oleh karena itu pengamatan pada jenis ikan karper yang diperoleh dari balai budidaya ikan air tawar lingsar, perlu dilakukan untuk mengidentifikasi jenis penyakitt yang menyerang ikan budidaya tersebut apakah virus, bakteri ataupun parasit


1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tuijuan dilaksanakannya praktikum ini adalah
1.    Untuk mendeteksi ektoparasit yang terdapat pada ikan.
2.    Untuk mengetahui morfologi ikan yang terkena penyakit
3.    Untuk menetahui cara pengidentifikasian penyakit

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 klasifikasi ikan karper (Cyprinus carpio)
Taksonomi ikan karper adalah:
Kingdom : animalia
Phylum : chordata
Kelas : actinopterygii
Ordo : cyprinoformes
Family : cyprinidae
Genus : cyprinus
Spesies : cyprinus carpio
Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut  terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o. Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan(Rochdianto, 2005).
Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan. Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya(
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram. Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan ( Gunadi,2008 ).
2.2 Identifikasi Penyakit
            Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendeteksi tanda-tanda serangan dan mengidentifikasi secepat mungkin penyebabnya. Secara garis besar tanda-tanda ikan yang terserang penyakit adalah:
1.      Ikan terlihat pasif,lemah dan kehilangan keseimbangan tubuhnya sehingga cenderung mengapung dipermukaan air
2.      Nafsu makan menurun, ikan mengalami kesulitan untuk bernafas (mangap-mangap)
3.      Tubuh ikan tidak licin lagi karena selaput lender pada kulitnya habis
4.      Terjadi pendarahan terutama didada, perut dan pangkal sirip. Pendarahan ini menunjukkan bahwa tingkat serangan penyakit sudah tinggi.
5.       Sisik rontok dan rusak serta sirip punggung, dada dan ekor mengalami rusak
6.      Insang mengalami kerusakan dan apabila bagian perutnya dibelah akan terlihat bagian organ hatinya berwarna kekuning-kuningan (Aprianto, 1992).
2.3 Identifikasi Parasit
 Penyakit yang disebabkan oleh parasit terdiri dari protozoa dan metazoa. Protozoa bersifat parasitik terhadap ikan dan jumlahnya lebih dari 2000 jenis. tempo yang relatif singkat.Secara umum gejala ikan yang terserang protozoa adalah ikan tampak pucat,  nafsu makan kurang, gerakan lambat dan sering menggososk-gosokkan tubuhnya ada dinding kolam, pada infeksi lanjut ikan megap-megap dan meloncat-loncat ke permukaan air untuk mengambil oksigen dan adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan.Parasit dari golongan metazoa antara lain Monogenetic trematod (golongan cacing), cestoda, nematoda, Cepopoda (Argulus sp., Lernaea sp.) dan golongan Isopoda. Organ yang menjadi target serangan parasit ini adalah insang. Penularan terjadi secara horisontal terutama pada saat cacing dalam fase berenang bebas yang sangat infektif. Secara umum gejala dari serangan metazoa adalah ikan tampak lemah tidak nafsu makan, pertumbuhan lambat tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan,  insang tampak pucat dan membengkak sehingga overculum terbuka, ikan sulit bernafas seperti gejala kekurangan oksigen, peradangan pada kulit akan mengakibatkan ikan menggoso-gosok badannya pada benda sekitar, badan kemerahan disekitar lokasi penempelan parasit, dan pada infeksi berat parasit ini kadang dapat terlihat dengan mata telanjang pada permukaan kulit ikaN(Irianto,2005).


 
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
       Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin 27 Desember 2010 di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Mataram
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 alat-alat
            Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah kaca pembesar,kaca preparat, kaca penutup, pipet tetes, mikroskop, pinset ,gunting, penggaris, bak preparat, timbangan
 3.2.2 bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah ikan karper dan aquades
3.3 Cara Kerja
            Adapun cara kerja yang dilakukan dalah :
1.      Disiapkan ikan karper yang masih hidup sebanyak 5 ekor
2.      Diamati tingkah laku ikan karper saat berenang
3.      Diamati warna tubuh dan di ukur panjang tubuh serta ditimbang berat ikan karper
4.      Dilakukan pengamatan pada bagian luar tubuh yaitu
a.    Diamati seluruh permukaan tubuh ikan yang sudah di bunuh untuk mendeteksi parasit yang ada dipermukaan tubuh ikan
b.    Digambar  parasit yang ditemukan dan dicatat tempat parasit ditemukan
5        Dilakukan pengamatan pada lendir yaitu
a.    Diambil lendir tubuh dengan menggunakan kaca penutup kemudian diletakkan lender pada kaca preparat
b.    Diteteskan satu tetes akuades pada kaca preparat
c.    Diamati dibawah mikroskop dan di gambar parasit yang berhasil ditemukan
6        Dilakukan pengamatan pada insang dan sirip ikan karper yaitu
a.    Dipotong bagian insang dan sirip dengan gunting kemudian diletakkan diatas preparat dan ditetesi dengan akuades
b.    Diamati dibawah mikroskop kemudian digambar parasit yang ditemukan



 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil Pengamatan
Morfologi dan tingkah laku
No
Sampel ikan
Jenis ikan
Asal
Berat
Panjang
Warna
1
1
Karper
Lingsar
0,5 ons
16 cm
Cerah
2
2
Karper
Lingsar
0,5 ons
14,5 cm
Cerah
3
3
Karper
Lingsar
0,7 ons
15 cm
Cerah
4
4
Karper
Lingsar
0,2 ons
8,5 cm
Abu-abu
5
5
Karper
Lingsar
0,5 ons
14,5 cm
Hitam

Sampel ikan
Tingkah laku ikan
1
Pasif, gerakan lemah,pernafasan lemah
2
Aktif bergerak, pernafasan lancar
3
Tidak ada mata, gerakan oleng,menguap-nguap,menuju permukaan
4
Menguap-nguap, menuju permukaan,gerakan oleng
5
Gerakan oleng, menuju permukaan,mangap-mangap

Pemeriksaan penyakit
Uji lab.
Ikan 1
Ikan 2
Ikan 3
Ikan 4
Ikan 5
hasil
ket
Lender
Tiadak ada
Tiadak ada
Tiadak ada
Tiadak ada
Tiadak ada
-
Tidak terdapat parasit
Sisik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
-

Sirip
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tiadak ada
Tiadak ada
1
Thelohanellus pyriformis
Insang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tiadak ada
1
Trichodina sp
Usus
Tidak ada
Tidak ada
Tiadak ada
Tiadak ada
Tiadak ada
-

Hati
Tidak da
Tidak da
Tiadak ada
Tiadak ada
Tiadak ada
-

Jantung
Tidak ada
Tidak ada
Tiadak ada
Tiadak ada
Tiadak ada
-


Hasil pengamatan parasit
no
Nama parasit
gambar
Inang/organ
ket
1
Thelolahanellus pyriformis

Sirip dubur

2
Trichodina sp

Insang













4.2    Pembahasan
Pengamatan pada parasit pada praktikum ini dilakukan pada 5 sampel ikan yang diperoleh dari BBI Lingsar dengan ukuran tidak lebih dari 10 cm. hal ini dikarena pada ukuran ini  ikan sangat mudah sekali terserang oleh penyakit, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus ataupun parasit. Pengidentifikasian ini dilakukan dengan mata telanjang dengan pengamatan secara fisik bagian luar tubuh dan mengamati tingkah laku yang ditunjukkan oleh ikan. Dari kelima ikan karper dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda tingkah laku yang ditunjukkan berbeda-beda ikan 1 pergarakan lemah dan juga pernapasan lemah, begitu juga pada ikan 3,4 dan 5 menunjukkan tingkah laku yang sama yaitu pergerakannya oleng, mulut mangap-mangap,dan menuju kepermukaan.pada ikan 2 terlihat sangat segar. Dari pengamatan tingkah laku tersebut terbukti dari semua ikan yang telah dibunuh dan diamati secara mikroskopis pada bagian sirif,insang,lender,jantung,hati dan usus. Pada ikan ikan 3 dan 4 ditemukan adanya parasit yna menyerang yaitu jenis protozoa masing masing pada ikan 3 ditemukan pada sirip dubur dan ikan 4 pada insang. Pengendalian parasit dapat dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya dan penggunaan bahan kimia.
Adapun parasit pada ikan 3 adalah Trichodina sp . Hal ini dimungkinkan karena kondisi kualitas air yang buruk baik di kolam maupun dari sumbernya, seperti suhu yang tidak optimal dan DO yang rendah. Selain kualitas air yang kurang baik, dapat juga disebabkan karena tingkat kepadatan ikan yang relatif tinggi sehingga proses persinggungan ikan lebih banyak terjadi dan penyebaran Trichodina sp. bisa menjadi lebih cepat. Selain itu, Trichodina sp. tumbuh dengan baik pada kolam-kolam dangkal dan menggenang terutama pada tempat-tempat pemijahan dan pembibitan (Rokhmani. 2002). Ikan yang terinfeksi oleh parasit ini menunjukkan tingkah laku yang aneh, terjadi perubahan warna pada kulit ikan, penurunan berat badan, pada sirip dan insang ikan sering mengalami kerusakan. Parasit ini pada umumnya menimbulkan kematian pada benih-benih ikan (Kabata. 1985). Sedangkan parasit yang menyerang ikan 4 adalah Thelohanellus pyriformis.
Berikut penjelasan mengenai parasit yang menyerang ikan karper dari BBI Lingsar adalah:
4.2.1 Trichodina sp.
Taxoniomi Trichodina sp. adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum     : Protozoa
Subphylum           : Ciliophora
Kelas                    : Hypsostomata
Ordo                     : Mobilina
Family                  : Trichodinidae
Genus                   : Trichodina
Spesies                 : Trichodina sp.
Morfologi
Penyakit yang disebabkan oleh parasit Trichodina sp. disebut Trichodiniasis atau penyakit gatal. Bentuk parasit ini bundar seperti topi atau berbentuk setengah bola yang berukuran kurang lebih 50 mikron. Dengan bantuan mikroskop, parasit ini  terlihat berbentuk lingkaran transparan dengan sejumlah silia yang menempel di sekeliling lingkaran.Mulut di bagian ventral, mulut dilengkapi dengan zat chitine yang melingkari mulut, alat chitine seperti jangkar Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran pelekat untuk melekatkan dirinya ke tubuh inang. Parasit ini menempel di bagian kulit, sirip dan insang. Semua jenis ikan air tawar dapat tersernag penyakit ini.


Siklus hidup
Berkembang biak dengan cara membelah biner. Siklus hidupnya dimulai dari stadium dewasa yang berkembang dalam kulit atau jaringan epitel insang dari inang. Setelah fase makan Selesai parasit ini akan memecahkan epitel tadi dan keluar dari inangnya untuk membentuk kista. Larva-larva kista akan menempel pada tumbuhan atau objek lain di perairan kemudian membelah hingga 10 kali yang menghasilkan 100-2000 sel bulat. Sel-sel tersebut akan menghasilkan enzim hyaluronidase. Enzim tersebut untuk memecahkan kista sehingga  sel muda (tomit) yang dihasilkan dapat berenang bebas  dan mendapatkan inang baru. Tomit itu motil dan bersifat infektif 4 hari dan akan mati jika dalam waktu 24 jam tidak menemukan inang yang baru.
Gejala-gejala yang ditimbulkan
Gejala yang ditimbulkan akibat serangan parasit ini pada umumnya adalah terdapat bintil-bintil putih terutama di bagian kepala dan punggung, nafsu makan ikan hilang, ikan menjadi sangat lemah, produksi lender bertambah sehingga tubuh ikan tampak mengkilat, pada tubuh bagian luar sering dijumpai pendarahan, warna tubuh ikan kusam, sering terlihat menggosok tubuhnya pada dasar atau dinding kolam serta benda-benda keras lain di sekitarnya dan kerusakan pada kulit sering disertai infeksi sekunder maksudnya dengan rusaknya kulit akibat parasit tadi maka akan memberikan peluang bagi organisme pathogen lainnya nseperti virus, bakteri, atau jamur untuk menyerang.
Penyebarannya
Trichodina sp. termasuk parasit obligat yaitu selama hidupnya berfungsi sebagai parasit dan tidak melepaskan diri dari inangnya (ikan). Penyerangannya dengan cara menempel pada lapisan lendir bagian kulit ikan dan akan menghisap sel darah merah dan sel pigmen pada kulit ikan  Penularannya terjadi melalui kontak langsung antara ikan yang sehat dengan ikan yang telah terjangkiti parasit.

Penanganannya
Untuk mencegah timbulnya penyakit ini dapat dilakukan melakukan penebaran yang tidak tinggi atau padat tebar yang optimum, air yang masuk ke dalam kolam harus dilakukan penyaringan terlebih dahulu dan menjaga kebersihan sarana budidaya. Sedangkan ikan air tawar yang terserang penyakit ini dapat diobati dengan melakukan perendaman ke dalam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam atau 150-200 ppm selama 15 menit. Biasanya juga menggunakan campuran malachite green 0.1 ppm dengan 25 ppm larutan formalin untuk perendaman yang diulang 3 kali selama 2 minggu atau dapat juga direndam dalam larutan garam 30 ppm, larutan asam asetat 1:500, atau formalin 15 ppm.
4.2.2 Thelohanellus pyriformis
Taksonomi thelohanellus pyriformis adalah :
Kingdom             : Animalia
Phylum                 : Protozoa
Subphylum           : Myxozoa
Kelas                    : Sporozoa
Subkelas               : Myxosporea
Ordo                     : Cnidosporodia
Subordo               : Myxosporidia
Family                  : Myxobolidae
Genus                   :Thelohanellus
Spesies                 : Thelohanellus sp.(Anonim,2009).

Morfologi
Penyakit yang disebabakan oleh parasit Thelohanellus sp. disebut penyakit Mixosporeasis. Penyakit ini sangat berbahaya, sebab dapat mengakibatkan kematian hingga 80% Parasit ini berbentuk lonjong, berwarna transparan dan terdapat bulatan kecil di bagian tengah. Spora parasit ini terdiri dari 2 valve yang dibatasi oleh sebuah suture. Pada valve terdapat 1 kapsul polar. Spora parasit ini mempunyai cangkang, kapsul polar dan sporoplasm. Di dalam kapsul polar terdapat filament polar (Anonim, 2009).
Siklus hidup
Siklus hidup parasit Thelohanellus sp. belum diketahui dengan pasti. Jika bisul pecah, spora yang ada di dalamnya menyebar seperti plankton. Spora mempunyai ukuran 10-20 mikro, sehingga sering tertelan oleh ikan. Dalam usus ikan spora akan melepaskan sejenis anak panah yang terkait dengan semacam benang halus ke polar atau ujung kapsulnya. Jika anak panah ini dapat mencapai dinding usus, spora akan bergantung pada dinding usus. Selanjutnya dinding spora akan larut dan keluarlah binatang yang dapat bergerak seperti amuba. Hewan ini akan masuk ke saluran darah dan menyabar ke seluruh tubuh untuk membentuk bintil atau bisul baru yang siap menyebarkan spora. Penyebaran spora ini dapat terjadi jika akan mati atau melalui luka pada tubuh ikan.
Gejala
Gejala yang ditimbulkan akibat serangan parasit ini pada umumnya adalah nafsu makan hilang, bergerak sambil menggosok-gosokkan badannya ke benda-banda keras, dapat menyebabkan penyakit bisul yang berwarna putih seperti kista terdapat di bawah kulit dengan diameter 1-2 mm terutama pada ikan Tawes dan Mas. Pada sekitar punggung ikan terjadi pembengkakan seperti bisul dan apabila bagian yang membengkak tersebut  pecah akan mengeluarkan cairan keruh berwarna kemerahan seperti nanah.
Penanganannya
Hingga kini belum ditemukan bahan kimia ynag efektif untuk memberantas penyakit ini. Namun, pencegahannya dapat dilakukan dengan system filter air budidaya dan penundaan masa tebar. Kolam yang terserang penyakit ini dapat didesinfeksi dengan melakukan pengeringan dan pengapuran menggunakan kapur CaO sebanyak 25 kg/ha dan dibiarkan selama 1 minggu hingga kering untuk membunuh parasit yang ada. Ikan yang telah terserang penyakit Mixosporeasis sebaiknya dimusnahkan dengan cara mengubur atau membakarnya(Anonim,2009)



 BAB V
KESINPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat di ambil adalah
1.    Parasit yang terdapat pada ikan karper adalah Trihodina sp dan Thelohanelus pyriformis
2.    Untuk parasit Trihodina sp di temukan pada jantung ikan sedangkan untuk Thelohanelus pyriformis pada sirip dubur
3.    Tigkah laku ikan yang terserang parasit ini adalah pergerakan yang tidak normal dan warna tubuh yang buram,adanya penarahan bagian tubuh
4.    Terserangnya parasit pada ikan dikarenakan kualitas air yang buruk serta kapadatan yang tinggi dalam pemeliharaannya


 

DAFTAR PUSTAKA


Anonim,  2009.  Parasit Protozoa pada Ikan. http://www.crawler.com/parasit+protozoa+pada+ikan.html. Diakses tanggal 28 Desember 2010.
Aprianto, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kansius. Jakarta
Kabata. 1985. Parasit and Disease of Fish Cultured in Tropics. Taylor and Francis. London
Khairuman, 2005. Budi Daya Ikan Mas Secara Intensif .AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan
Rokhmani, 2002. Beberapa Parasit pada Budidaya Ikan Gurami di Kabupaten Banyumas. Sains Akuatik. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.UMP


Sumber : alfan-andrian.blogspot.com

Post a Comment